Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Hanya Pantai, Pangandaran Juga Punya Hutan

Kompas.com - 06/05/2013, 19:13 WIB
Fitri Prawitasari

Penulis

KOMPAS.com - Wilayah Pangandaran yang sebagian besar merupakan wilayah pesisir ternyata tak hanya menawarkan obyek wisata pantai. Cobalah juga untuk menengok Taman Wisata Alam (TWA) Pangandaran yang ada di kawasan Pantai Timur Pangandaran.

Kawasan TWA sebagian besar merupakan hutan. Saat menyusurinya, suara di sekeliling yang merupakan pohon-pohon lebat menjadi sangat syahdu karena hanya terdengar kicau-kicau binatang hutan. Aroma khas daun-daun berguguran dari pepohonan pun mengiringi setiap langkah menyusuri kawasan taman wisata.

Meski masih sebagian hutan, namun jalan-jalan yang ada di kawasan taman wisata bisa dibilang telah rapi. Bahkan ada beberapa bagiannya yang telah diaspal dan dipasang konblok. Beberapa obyek wisata yang ditawarkan taman wisata ini di antaranya yakni wisata susur gua.

Memang, pada taman wisata tepi pantai yang cukup luas ini, tersembunyi banyak gua yang juga menyimpan banyak cerita di baliknya. Sebut saja gua panggung yang mengisahkan kesetiaan istri kepada suaminya, gua parat dengan berbagai bentuk bebatuan yang ada di dalamnya, serta gua miring atau juga disebut gua penampakan karena ada salah satu bentuk batu di dalam gua yang menyerupai orang mati.

Karena masih merupakan kawasan hutan yang dilindungi, jangan kaget jika saat perjalanan Anda akan menemui beberapa hewan hutan yang berkeliaran bebas seperti monyet dan rusa. Jangan khawatir, binatang-binatang itu tidak akan menggangu pengunjung yang datang selama keberadaan mereka pun tak diganggu.

Selain itu, di salah satu sisi taman wisata ada sebuah kolam kecil, namanya Sindang Rengganis. Air kolam tersebut berasal dari mata air di pegunungan yang ada di sekitar wilayah tersebut. Konon, dari mitos yang beredar di penduduk setempat, orang yang mandi atau mencuci muka di mata air ini akan menjadi awet muda.

Untuk menyusuri taman wisata, bisa menggunakan jasa pemandu wisata yang siap menemani berkeliling. Pemandu di sini telah memiliki tarif sendiri yakni Rp 15.000 per orang untuk pengunjung lokal dan Rp 75.000 per orang untuk turis asing. Biasanya mereka menawarkan jasa paket ke beberapa tempat yang ada di kawasan taman wisata.

"Kalau durasi sama waktu kalau pakai pemandu itu durasi waktunya 45 menit. Karena pakai pemandu kami punya trek-trek rahasia lah, kalau orang-orang bilang jalan tikus," papar salah satu pemandu wisata TWA Pangandaran, Hery Haryanto.

Hery melanjutkan, dari paket yang mereka tawarkan sudah termasuk penyewaan senter. Karena untuk menyusuri gua-gua yang ada, tak mungkin tanpa bantuan alat penerangan karena sisi dalam gua sangatlah gelap.

Ia pun memaparkan, wilayah taman wisata mulai ramai dikunjungi wisatawan sekitar tahun 1975. Mulanya kawasan tersebut hanya dijadikan tempat penelitian.

Kawasan taman wisata selalu ramai terutama saat akhir pekan. Kebanyakan mereka datang beberapa orang maupun dengan keluarga. Tetapi ada juga yang datang sendirian.

Taman Wisata Alam Pangandaran yang berada di kawasan Pantai Timur juga menjadi salah satu destinasi paket tur yang ditawarkan oleh hotel-hotel yang ada di kawasan Pangandaran. Tiket masuk yang diberikan untuk mengunjungi taman wisata yaitu Rp 9.500 per orang untuk pengunjung lokal dan Rp 30.000 untuk turis asing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com